Sabtu, 31 Januari 2009

SIRAH NABAWIYAH

MUHAMMAD SAW
KALEIDOSKOP GLOBAL SIRAH NABAWIYAH

SINOPSIS :
Perjalanan hidup Rasulullah SAW bagai bentangan samudra yang penuh dengan pesona, setiap mata tak pernah bosan untuk memandangnya. Ibarat deburan ombak di tepian pantai, semakin dipandang semakin terlihat indah, makin mendekat membuat rasa ingin tahu semakin dalam. Begitu indahnya pesona kehidupan beliau.

”Sungguh telah ada bagi kalian dalam diri Rasulullah teladan yang baik” (QS. Al-Ahzab : 21)

Fase Makkah

545-578 Masehi :

1. Kelahiran Abdullah ayah Muhammad SAW (545)
2. Kelahiran Siti Khadijah, yang kelak menjadi istrinya (555)
3. Wafatnya Abdullah, ayah Rasulullah SAW (569)
4. Terjadi penyerbuan oleh tentara gajah pimpinan Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah(570)
5. Lahirnya Rasulullah SAW ke dunia (Senin pagi 20 April 570M bertepatan dengan 12 Rabi’ul Awwal)
6. Lahirnya Abu Bakar Ash Shiddiq (573)
7. Wafatnya Aminah setelah pulang berziarah (576)
8. Wafatnya Abdul Muthalib (578)

581 Masehi : Lahirnya Umar bin Khaththab
Beliau di awal da’wah Islam termasuk kelompok yang menentang Rasulullah SAW namun dengan izin Allah SWT, Umar bin Khaththab RA masuk Islam dan termasuk tokoh yang memilki peran besar dalam perkembangan Islam.

582 Masehi :
Muhammad SAW melakukan perjalanan pertama kalinya ke Negeri Syam bersama Pamannya

580-590 Masehi :

Terjadi perang Fijar antara kabilah Arab.
Nabi Muhammad ketika itu masih berumur ±15 tahun, namun beliau juga turut andil dalam pertempuran itu.

600 Masehi : Lahirnya Ali bin Abi Thalib
Beliau termasuk yang pertama kali menerima seruan Islam dari golongan anak-anak, kelak termasuk tokoh besar dalam Islam dan termasuk salah satu Khulafaur Rasyidin.


605 Masehi : Terjadi pembaharuan dalam Ka’bah
Nabi SAW terlibat dalam pembangunan Ka’bah tersebut, bahkan beliau terpilih sebagai orang yang diperkenankan untuk meletakkan Hafar Aswad pada tempatnya


610 Masehi :
Rasulullah SAW mulai menerima wahyu yang pertama di Gua Hira (Senin malam tanggal 10 Agustus 610M bertepatan dengan 21 Ramadhan). Sejak saat itu periode da’wah sirriyah dimulai. Yang pertama kali beriman ialah Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. Kesilaman Abu Bakar merupakan awal keislaman sahabat lain yang masuk dalam As Sabiqunal Awwalun, mereka adalah Abdur Rahman bin ‘Auf, Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam.


613 Masehi :
Memulai da’wah Jahriyah (terang-terangan) dengan mengajak kerabat terdekat, namun salah seorang pamannya yang bernama Abu Lahab menentangnya dan melecehkannya saat beliau berpidato dihadapan kaum Quraisy. Lalu Allah SWT menurunkan Surat Al-Lahab atas kasus itu.


615 Masehi :
Hijrah yang pertama kalinya ke negeri Habasyah dengan jumlah kaum muslimin ± 15 orang (tahun kelima kenabian). Pada tahun ini pula Umar bin Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muthallib masuk Islam.


617 Masehi :
1. Kaum Quraisy melakukan pemboikotan dan pemutusan hubungan dengan Nabi SAW dan kaum muslimin.
2. Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya agar hijrah ke Habasyah untuk yang keduakalinya. Maka berangkatlah kaum muslimin dengan jumlah 73 laki-laki dan 11 wanita.

619 Masehi :
Bulan Syawal tahun kesepuluh kenabian, beliau berda’wah ke Thaif yang jaraknya 10 mil dari Makkah bersama Zaid bin Haritsah dan kembali ke Makkan pada akhir bulan Juni tahun yang sama.

620 Masehi :
Dalam tahun 11 nubuwwah tepatnya pada bulan Juni Rasulullah SAW melebarkan da’wahnya kepada kabilah-kabilah Arab yang datang dari Madinah untuk berhaji. Merekalah yang kelak berperan sebagai Anshar. Kabilah terbesar yang masuk Islam adalah suku Auz dan Kazraj, maka pada tahun 12 kenabian terjadilah ba’it Aqabah yang pertama. Pada tahun ke13 kenabian, beliau SAW mendapat kemuliaan dari Allah SWT dengan syariat Isra’ da Mi’raj. Maka pada tahun itu kewajiban sholat lima waktu diturunkan. Pada tahun ke13 kenabian pula datang lagi utusan Anshar sebanyak 73 orang, maka dilaksanakanlah bai’at Aqabah yang kedua. Kali ini isi bai’at tersebut adalah kesiapan kaum Anshar untuk membela Rasulullah SAW serta kesiapan mereka untuk melindungi da’wah tersebut dari gangguan siapapun.

Jumat, 30 Januari 2009

Sejarah Masuknya Islam ke Nusantara {Indonesia}

Sejarah masuknya islam ke Nusantara atau negeri-negeri Melayu hingga sekarang terdapat dua versi. Versi pertama mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dari tanah Arab sejak abad Pertama Hijriyah ( 1H ) atau abad ketujuh Masehi ( 7M ). Versi kedua mengatakan bahwa Islam masuk Nusantara dari Gujarat, India pada abad ketigabelas Masehi (13M) atau abad ketujuh Hijriyah (7H).
Bagi kebanyakan orang barangkali perbedaan versi dari mana dan kapan masuknya Islam ke Nusantara tidaklah dianggap penting. Namun dari perspektif al-ghazwul fikri (perang pemikiran/ideologi), hal ini sangat mendasar. Mengapa ? Karena bila versi pertama diterima, maka orang akan mudah dibangun opininya bahwa Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang sejak awal mengandung kemurnian karena dibawah dan diperkenalkan ke negeri ini oleh pihak “tangan pertama” yang menerima langsung dari Rasulullah Muhammad SAW. Artinya, Islam yang berkembang di Negeri ini merupakan Islam yang berlisensi sejak hari pertama kedatangannya. Sedangkan bila versi kedua yang diterima dan disepakati sebagai fakta sejarah, berarti masyarakat akan terbentuk opininya bahwa Islam di Indonesia merupakan Islam yang datang dan dibawah oleh pihak “tangan kedua”. Dan itu berarti Islam yang ada di Indonesia merupakan Islam yang berbeda dari Islam di negeri asalnya, Makkah dan Madinah. Dan bahkan boleh jadi Islam di Indonesia merupakan Islam yang sudah tidak murni dan telah banyak mengalami kontaminasi nilai, terutama nilai kemusyrikan Hindu dari India.
Dalam bukunya “Sejarah Umat Islam”, Buya Hamka menulis : “Telah sama diketahui dari dua buah catatan penting orang Tionghua itu, bahwasannya di abad pertama dari Islam (1H) atau abad ketujuh Masehi (7M), orang Arab telah datang ke tanah Jawa pada tahun 674-675M, dan telah mendirikan kampung di pantai Sumatra Barat pada tahun 684M. Yang pertama ialah pada tahun 52H pada zaman pemerintahan Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan, pendiri kerajaan bani Umaiyah dan yang kedua pada tahun 62H pada zaman pemerintahan Khalifah Bani Umaiyah kelima, Abdul Malik bin Marwan. Yang menarik dari Buku Buya Hamka tersebut adalah pembagian Zaman pertumbuhan dan perkembangan agama Islam di negeri-negeri Melayu dari abad ke abad sejak dari abad yang pertama Hijriyah (1H) atau pertengahan abad ketujuh Masehi (7M) hingga abad keempatbelas Hijriyah (14H) atau abad keduapuluh Masehi (20M).
Dengan sangat bagusnya Buya Hamka menguraikan bahwa awalnya para saudagar dan pernah juga utusan dari umat Islam yang berintikan bangsa Arab telah datang berbondong-bondong ke negeri-negeri Melayu. Ada yang singgah saja dan ada yang menetap sehingga mereka mendirikan perkampungan-perkampungan kecil supaya mereka tidak terganggu mengerjakan agama mereka. Dengan amat perlahan orang-orang Islam dari luar negeri itu menjadi penduduk negeri yang didiaminya karena perkawinan mereka dengan perempuan anak negeri.
Selain dengan mulai menurunnya eksistensi Kerajaan Budha dan Hindu, maka mulailah berdiri Kerajaan Islam di Nusantara. Diawali dengan Samudera Pasai di Aceh. Lalu kerajaan Islam di Malaka menyambung kebesaran Pasai. Kemudian Kerajaan Malaka jatuh karena datangnya penjajahan Barat (Portugis). Tetapi karena umat Islam telah tersebar dan telah mulai berpengaruh dalam masyarakat, maka segeralah berdiri Kerajaan Islam di Aceh Pidir, Demak dan Banten dan sambung Malaka, yaitu Johor.
Sesudah bertarung dengan Portugis dan Spanyol, Islam mulai bertarung dengan penjajahan Barat gelombang kedua, yaitu Belanda dan Inggris. Menghadapi keduanya perjuangan menjadi lebih hebat dalam merebut tanah air sendiri. Kekuasaan Kerajaan Islam mulai menurun tapi kaum ulama tetap mempelopori kebesaran Islam. Di abad kedelapanbelas dan kesembilanbelas timbullah pahlawan Islam baik dari kalangan bangsawan atau dari kalangan ulama. Pada zaman inilah muncul nama-nama besar seperti Tuanku Imam Bonjol dan Pengeran Diponegoro.
Pada pertengahan abad keduapuluh, negeri-negeri Islam merasakan kebangkitan baru dari Islam, dengan masuknya paham-paham yang diajarkan oleh kaum Wahabi dan dipermoderen lagi oleh Sayyid Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Pada zaman itu tercatat nama-nama yang mengharumkan sejarah penyebaran Islam Haji Abdul Karim Amrullah, Muhammad Jamil Jambek dan Haji Abdullah Ahmad Padang. Di Jawa timbullah kebangkitan kesadaran politik yang dipelopori oleh Islam, dipimpin oleh Haji Samanhudi, HOS Cokroaminoto, Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Dan timbul kebangkitan pembaruan paham agama yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah dan Syeikh Ahmad Soorkati dengan mendirikan perkumpulan Al-Irsyad. Semua ini kemudian mencapai klimaksnya dengan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda pada tahun 1945. Sedangkan Semenanjung tanah Melayu meraih kemerdekaan dari penjajahan Inggris pada tahun 1967
Ibroh apakah yang bisa kita tarik dari ringkasan sejarah panjang masuknya Islam ke Nusantara? Nyata benar bahwa kehadiran umat islam tidak pernah sepi dari upaya mengajak masyarakat yang ada disekitar dirinya untuk memeluk agama Allah. Kedatangan orang Islam baik dari Arab, Persia, India bahkan China (Laksamana Cheng Ho misalnya) jelas memperlihatkan satu benang merah, yaitu aktivitas Da’wah Islamiyah.
Apakah ia seorang saudagar, ulama atau utusan resmi khalifah atau raja, maka semuanya memiliki kesadaran dan semangat yang menyala-nyala untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam.
Maka sesudah resmi kawasan Nusantara meraih kemerdekaan dari rangkaian penjajahan kafir Inggris, Spanyol, Portugis, Belanda dan Jepang, adakah umat Islam tetap meneruskan semangat Da’wah dan Jihad Islam? Hal lain yang juga kita catat adalah bahwa pada masa lalu saat umat Islam mulai memperkenalkan Islam di negeri-negeri Melayu, sungguh mereka sangat dinamis bergerak keberbagai penjuru dunia tanpa merasa disekat oleh batas-batas geografis berbekal semangat da’wah dan jihad mengibarkan panji Islam.
Namun sesudah dunia memasuki era moderen dengan sistem nation-state (Negara Kebangsaan), terasa sekali bahwa sekat-sekat formal suatu bangsa dan Negara seolah membatasi ruang gerak da’wah dan jihad umat Islam. Sehingga muncullah semacam kesepakatan tidak tertulis dan tentunya mengada-mengada (baca: bid’ah) bahwa umat Islam Indonesia hanya mengurus bangsa Indonesia. Umat Islam Malaysia hanya mengurus bangsa Malaysia. Umat Islam Brunei hanya mengurus bangsa Brunei.
Seolah terjadi pengkotakan berdasarkan bangsa yang membatasi ruang gerak da’wah dan jihad umat Islam. Bahkan paham Nasionalisme yang semula hanya dijadikan batu loncatan untuk mengusir penjajah asing kafir malah diadopsi menjadi salah satu ideologi yang selanjutnya dipelihara lalu dibanggakan. Umat Islam perlu melakukan “kebangkitan kedua” setelah dahulu melakukan “kebangkitan pertama” sebatas membebaskan diri dari penjajahan formal asing. Adapun “kebangkitan kedua” ialah upaya membebaskan diri dari segenap paham dan ideologi asing selain Islam. Termasuk dari paham fanatisme kelompok yang disebut dengan Nasionalisme. Sebab betapapun Nabi Muhammad SAW mencintai kampung halamannya Makkah, namun demi tegaknya panji agama Allah beliau rela hijrah meninggalkannya menuju Madinah hingga meraih kejayaan, wafat dan dikebumikan di sana. Wallahua’lam bish-showwab.